Oleh :
NOVI ARIYANI. S.Pd
Disekolah kita dapat menjumpai berbagai aktifitas yang dilakukan seorang siswa dalam kesehariannya. Antara si A dan si B atau si C dan seterusnya itu berbeda. Bisa sama tapi ada yang membedakan. Bagaimana siswa bertindak/berprilaku, itu yang coba saya sampaikan disini berkaitan dengan psikologinya.
Para pejuang pena memiliki banyak siswa yang disertai dengan keanekaragaman yang berbeda antara satu sama lain, hal ini mendorong para pejuang tersebut harus lebih pandai untuk memasuki dunia kehidupan mereka. Sesuai dengan judul yang saya pilih, disini saya akan hubungkan dengan psikologi siswa dalam bidang pendidikan. Karena ilmu psikologi itu sendiri mempersoalkan aktivitas manusia baik yang dapat diamati maupun tidak. Memang ada banyak cara untuk dekat dengan siswa salah satunya memahami mereka dari psikologinya. Bertolak dari beberapa sifat umum aktifitas siswa, yang ditinjau dari segi psikologinya, bisa dibedakan atas beberapa bagian.
Pertama adalah perhatian. Diambil dari pengertian intinya, para ahli psikologi merumuskan perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek (Stern, 1950 dan Bigot 1950, hlm 163). Pendapat lain menyatakan perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktifitas yang dilakukan
Coba kita amati perhatian yang diberikan oleh siswa kita pada saat anda menjelaskan pelajaran. Anda akan menemukan siswa yang memberikan perhatian intensif dan perhatian yang tidak intensif. Maksud dari perhatian intensif adalah perhatian yang diberikan secara terus-menerus, perhatian tidak intensif adalah kebalikan dari perhatian intensif. Pertanyaannya, mana yang anda harapkan? Dan apa pula pengaruhnya?. Tentu hal yang terbaik yang dapat dilakukan siswa dengan memberikan perhatian secara intensif agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Artinya, makin intensif perhatian yang menyertai suatu aktifitas maka makin sukseslah aktifitas tersebut.
Tidaklah mudah untuk mempertahankan perhatian intensif siswa terhadap pelajaranya. Butuh strategi dan trik-trik jitu dalam pelaksanannya. Timbulnya perhatian siswa dibedakan atas perhatian yang diberikan secara spontan/ perhatian yang tidak sengaja dan perhatian sekehendak/ perhatian disengaja (refleksif).
Satu ketika, saat saya tengah menjelaskan pelajaran bahasa Inggris dikelas empat (kebetulan lokasi sekolah saya ada dipinggir jalan umum), tengah asyik-asyik menjelaskan tiba-tiba terdengar suara serinai mobil. Anak-anak secara spontan berdiri dan mencoba ingin mengetahui apa yang terjadi diluar sana, apakah gerangan yang lewat? Mobil ambulankah atau pemadam kebakaran.
Pada prakteknya pembelajaran yang dilaksanakan disekolah lebih menggunakan perhatian yang dipaksakan, jadi hasilnya tercipta suasana kaku. Dari peristiwa tersebut, saya pikir ada baiknya seorang guru dapat memberikan hal-hal yang menarik perhatian siswa, secara obyek atau subyeknya. Kalau dipandang obyeknya sebagai suatu yang lain dari yang lain (bahasa Jambinya laen dewek), buatlah penyampaian yang unik sehingga menarik perhatian. Nah kalau dipandang subyeknya adalah hal yang berkaitan dengan pribadi subyek/siswa. Misalnya ; hal-hal yang bersangkut paut dengan kegemaran. Ada berita tentang pertandingan olah raga atau pentas seni, siswa akan memberikan perhatian lebih karena berhubungan dengan dirinya. Ia ingin tahu dan mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang lebih. Hal-hal semacam ini diberikan kepada siswa untuk me-refresh-nya. Perhatian yang disengaja terkadang memberikan rasa tekanan dan monoton, sehingga pada akhirnya membosankan (jangan sampai ada kata “i hate this lesson!”)
Kedua adalah pengamatan. Kegiatan ini dilakukan siswa pada saat proses belajar mengajar terlaksana. Lihat cara mengamati mereka mengenal sebuah obyek. caranya dapat dilakukan dengan mengamati menggunakan modalitas pengamatan (melihat, mendengar, mencium, dan mengecap). Ada anak yang diam sambil melihat dan mendengarkan tanpa banyak bicara dapat mengerti dengan mudah.
Ketiga adalah tanggapan. Tanggapan diberikan setelah dilakukan pengamatan. Biget (1950, p 72) mendefenisikan sebagai bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Guru dapat meminta tanggapan siswa terhadap obyek pelajaran yang diberikan. Metode tanya jawab yang dapat kita lalukan. Pada prakteknya untuk memberikan tanggapan dibutuhkan bahasa yang baik, konsep penguasaan bahasa yang tertata dengan baik menunjukkan kecakapan tinggi seorang siswa.
Keempat adalah ingatan. Sudah sangat familiar slogan yang menyatakan “sekarang saya ingat besok saya lupa”. Terkadang belum sampai besok sudah lupa, jadi sloganya berubah “sekarang saya ingat, sebentar lagi lupa”. Ini bisa anda dapati saat memberikan pelajaran, jadi sesaat sebelum menutup pelajaran coba berikan beberapa pertanyaan, maka beberapa diantara siswa tidak dapat menjawab, nah barulah slogan ini berlaku bagi siswa tersebut.
Ingatan merupakan penguatan pikiran terhadap proses yang sedang berlangsung sekarang dan yang telah berlangsung dimasa lampau. Pengembangan pribadi siswa tergantung bagaimana pola pikirnya dengan ingatan yang dimiliki. Dalam ingatan terdapat cara bagaimana menerima kesan, menyimpan kesan dam memproduksi kembali kesan-kesan tersebut.
Cara mencamkan pelajaran dapat melalui sekehendak dan tidak sekehendak. Mencamkan dengan tidak sekehendak artinya sama dengan tidak sengaja memperoleh pengetahuan, sedangkan mencamkan dengan sekehendak/sengaja artinya sama dengan penghafalan. Saya tidak memungkiri, dalam pelajaran ada beberapa materi pelajaran yang dibutuhkan penghafalan. Saya menyuruh mereka untuk menghafal. Untuk menyukseskan penghafalan tersebut ada berbagai cara dapat dilakukan, diantaranya; (a) dengan menyuarakan untuk menambah pencaman. Hal ini diperlukan kalau hal yang dicamkan adalah perumusan-perumusan yang harus diingat secara tepat, ejaan-ejaan dan nama-nama asing/hal-hal yang sukar. (b) pencaman dilakukan secara bertahap, tidak sekaligus banyak. Karena dalam jangka waktu yang lama kurang menguntungkan, jadi sedikit-sedikit . (c) penggunaan metode belajar yang tepat. Banyak cara yang dipilih siswa agar pencaman dapat mereka kuasai, ada style tersendiri. Contohnya untuk menghafal rumus kimia bisa dibuat dengan gaya mneumotecnik (membuat singkatan sendiri dengan menggunakan kalimat). Contoh lain adalah mengecamkan nama hari/bulan dalam bahasa Inggris untuk siswa sekolah dasar dilakukan dengan rythmis yang diciptakan sendiri oleh guru disertai dengan sedikit tarian.
Seperti yang telah saya tuliskan dibagian ingatan diatas, satu hal yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana cara memproduksi kembali hal-hal yang telah dicamkan. Dalam memproduksi kembali seseorang me-rivew kembali ingatannya dengan mengenal kembali sesuatu obyek dalam reproduksi tersebut, mereproduksi dapat diperlancar dengan memperkaya bahasa yang dimiliki
Kelima adalah berfikir. Yang namanya manusia pasti menggunakan akal fikirannya untuk bertindak. Cara dan hasil fikiranlah yang membedakan. Plato berpendapat bahwa berfikir adalah berbicara dalam hati. Pendapat lain menyatakan berfikir adalah aktifitas ideasional (By Woodwork dan Marguis, 1955). Berfikir dilakukan siswa dalam menerima pelajaran. Adanya kegiatan menganalisis, membanding-bandingkan dan mengabstraksi dari sejumlah ciri-ciri obyek. Yang pada akhirnya terbentuklah suatu pendapat yang dinyatakan dalam kalimat. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Peranan guru untuk memberikan pengertian/pengetahuan guna meningkatkan kecakapan berfikir dengan tepat dan cepat
Keenam adalah perasaan. Perasaan lebih bersifat subyektif, karena berhubungan dengan individu siswa. Berbagai macam gejolak rasa yang terjadi disetiap tingkat umur membuat pola sikap yang berbeda pula.
Saat memulai pelajaran, lihatlah bagaimana kesiapan perasaan mereka untuk memulai pelajaran. Guru saja yang mengajar dengan perasaan siap maka akan terciptanya Chemistry yang kuat. Ciptakan kegembiraan dalam pemberian pendidikan dan pengajaran. Perasaan gembira saja tidak akan optimal jika dari internalnya tidak mendukung.
Satu saat, saya pernah menemukan perasaan siswa yang tidak siap untuk menerima pelajaran. Saya bertanya padanya “Apakah yang terjadi pada mu? Mengapa tidak mengerjakan soal yang ibu berikan?”. Ia pun menjawab dengan perlahan “rasanya sulit bu”. Saya tahu sebenarnya ia adalah siswa yang lumayan bisa, tetapi penyakit malas sudah menggerogotinya. Saya coba sentuh hatinya yang berhubungan langsung dengan perasaannya melalui pikirannya. Saya berikan motivasi yang menyatakan kamu bisa! Ini tidak sulit, ayo kita mulai.
Itulah gambaran pikiran yang mempengaruhi perasaan. Pada dasarnya manusia mempunyai berjuta-juta sel syaraf yang akan menyampaikan informasi ke otak untuk merespon suatu reaksi. Tanamkan pikiran positif, maka perasaan akan mengikutinya. Dengan memahami secara psikologi sifat-sifat umum siswa, mudah-mudahan kita dapat lebih dekat dengan siswa, sehingga tercapailah tujuan pendidikan. SEMOGA!.
SALAM
0 komentar:
Posting Komentar