Delicious LinkedIn Facebook Twitter RSS Feed

PEDULI MURID DENGAN MEMPERHATIKAN KUALITAS JAJANAN

PEDULI MURID DENGAN MEMPERHATIKAN KUALITAS JAJANAN

Oleh :
Novi Ariyani.A S.Pd
Post on Jambi Ekspres, 20 Mei 2009

            Masih ingat dalam pikiran saya sewaktu duduk di Sekolah Dasar, diberikan uang saku Rp 200,- untuk jajan seharinya. Kalau hari Jumat yang biasanya cepat pulang sekolah jumlah rupiah untuk jajan tidak sebesar hari biasanya. Biar cukup saya sarapan pagi dulu dari rumah sebelum pergi ke sekolah. Amat senang rasanya bila mendapat bonus uang saku Rp 500,- pada akhir minggu. Jika jumlah rupiah itu dibandingkan saat ini sudah berbeda sekali nilainya, hanya sedikit jajanan yang dapat dibeli. Sekarang, anak sekolah dasar jajannya minimal Rp 2.000,- bahkan ada yang lebih.

            Budaya beri uang saku pada anak saat ini dapat dikatakan sebagai anggaran rutin orang tua sebelum mereka berangkat sekolah. Uang saku dapat dimanfaatkan untuk bekal ke sekolah untuk membeli makanan / minuman yang mereka inginkan. Uang saku juga sebagai pengganti sarapan pagi dirumah bila orang tuanya tidak sempat memasak di pagi hari.

Kegiatan jajan juga berpengaruh pada psikologis anak. Bagi anak yang terbiasa mendapatkan uang saku banyak cenderung akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang menghargai makanan. Mereka belum memahami nilai makanan. Kita dapat melihat tingkah laku anak murid saat makan makanan atau minum minuman yang mereka beli, belum lagi habis sudah dibuang. Lalu beli jajanan lagi karena masih ada sisa uang sakunya.

Bukan saja rasa lapar yang mendorong anak untuk jajan, faktor keinginan untuk memiliki sesuatu yang sama seperti temannya juga berpengaruh, walaupun sesuatu yang dibelinya itu tidak dapat dimakan dan hanya dapat bertahan dalam waktu sementara. Membeli jajanan terkadang bagi anak dijadikan sebagai ajang pergaulan. Pada saat sang anak melihat temannya memiliki beberapa kelereng, ia juga berhasrat untuk memiliki sesuatu yang sama. Agar dapat bergabung bersama teman lainnya, terlebih dahulu harus memiliki kelereng.

            Setiap sekolah memiliki beberapa kantin dengan menjual beraneka ragam makanan dan minuman. Ada kantin yang dikelola oleh sekolah sendiri dan ada yang tidak. Kantin yang di kelola sekolah biasanya memperhatikan hal-hal kebersihan dan nilai gizi yang terkandung dalam jajanan tersebut. Ada juga sekolah yang memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk berjualan di dalam disekolah. Untuk pedagang yang berjualan diluar sekolah sebaiknya ditertibkan, dan tidak menutup kemungkinan warga sekitar untuk menambah income/pendapatan mereka. Tentunya para pedagang tersebut mau mengikuti peraturan yang ada. Apalagi sekolah tersebut berada dipinggir badan jalan raya. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan bila anak jajan keluar, selain itu sekolah juga akan terlihat tidak teratur. Anak akan jajan keluar, inilah yang seharusnya menjadi perhatian sekolah terhadap kesehatan anak. Kontrol dari sekolah tetap diperlukan, sebab fenomena panganan yang dijajakan kerap memiliki kandungan gizi yang minim dan tidak higienis. Asal masak dan jauh dari kata ‘makyos’.

            Bila kantin sekolah dikelola/diawasi maka akan mendapatkan beberapa keuntungan seperti: sekolah akan tampak rapi karena tidak ada penjual yang tidak teratur, penjual ditempatkan pada suatu tempat, kebersihan akan tetap terjaga dan kualitas makanan akan terperhatikan, anak-anak berkumpul pada satu tempat secara bersama-sama. Selain itu adanya kontrol terhadap barang jajanan yang dijual lebih memperhatikan pada kegunaannya. Kantin juga dapat dijadikan sebagai tempat sosialisasi anak untuk berwirausaha.

            Menjaga kebersihan lingkungan sekolah adalah kewajiban seluruh warga sekolah,  mulai dari kelas, ruang guru, toilet, halaman, dan kantin. Kebiasaan untuk mencuci tangan setelah dari WC atau sebelum makan/mengelola pangan. Bila dikantin terjadi proses memasak, perlu sekali mencuci dan sanitasi seluruh permukaan yang kontak dengan pangan dan alat masak. Hal ini perlu dilakukan walaupun kebanyakan mikroba tidak menyebabkan gangguan kesehatan, namun mikroba patogen tersebar luas di tanah, air, hewan dan manusia yang dapat menimbulkan penyakit.

            Dalam memproses makanan masaklah dengan benar terutama menjual makanan yang berhubungan dengan daging unggas, telur atau hasil laut. Memisahkan pangan mentah dan pangan masak perlu dilakukan agar tidak terkontaminasi dengan mikroba patogen. Alat-alat tempat makanan harus bersih seperti piring, gelas dan wadah makanan. Gunakan air yang bersih pada saat pencucian dan memasak makanan. Rebuslah pangan seperti sup dan kuah soto sampai bebar-benar mendidih dan usahakan suhu internalnya 70 derajat celcius, karena dapat membunuh mikroba patogen.

            Untuk makanan yang tahan berhari-hari biasanya menggunakan pengawet. Ada pengawet khusus untuk makanan, sifat dari pengawet ini akan lebih cepat rusak. Pengawet ini dapat menghambat atau memperlambat proses degradasi bahan pangan. Jenisnya terbagi dua, pengawet alami dan pengawet sintesis. Contoh bahan pengawet alami adalah garam, gula, kunyit. Sedangkan untuk bahan pengawet yang berbahan sintesis yang diperbolehkan untuk pangan diatur dengan peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 722/Menkes/per/IX/88, jumlahnya ada 26 jenis. Seperti ; Asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, belerang dioksida, etil p-hidroksibenzoat, kalium benzoat, kalium bisulfit, kalium nitrat,  kalium meta bisulfit, kalium nitrit, kalium propionat, kalium sorbat, kalium sulfit, kalsium benzoat, kalsim propionat, kalsium sorbat, mwetil p-hidroksibenzoat, natrium benzoat, natrium bisulfit, natrium matabisulfit, natrium nitrat, natrium nitrit, natrium propionat, natrium sulfit, niasin, dan propil p-hidroksibenzoat.

            Perlu untuk diketahui beberapa bahan pengawet pangan yang umum digunakan (Badan POM), dan ini ada pada jajanan disekolah. Seperti :
(1)    Benzoat, dalam bentuk asam, atau garam kalim atau natrium benzoat. Yaitu bahan yang digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, kecap, sari buah, saus tomat, saus sambal, jem/jeli, manisan, agar dan makanan lain (1g/kg)
(2)    Propionat, dalam bentuk asam atau garam kalim dan natriumpropionat. Yaitu bahan pengawet untuk roti (2g/kg) dan keju olahan
(3)    Nitrit, dalam bentuk garam kalium/natrium nirit dan nitrat dalam bentuk garam kalium/natrium nitrat. Yaitu bahan pengawet untuk dagingolehan yang diawetkan seperti sosis.
(4)    Sorboat, dalam bentuk garam kalium/kalium sorbat. Yaitu bahan pengawet untuk margarin, kepekatan sari buah dan keju
(5)    Sulfit, dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit. Yaitu bahan pengawet untuk potongan kentang goreng, udang beku, dan kepekatan sari nenas.

Guru dapat mengingatkan anak muridnya tentang pentingnya memilih jajanan yang bersih dan bergizi untuk menjaga kesehatan mereka melalui pelajaran didalam kelas. Guru juga dapat memberikan pengertian tentang manfaat dan memilih makan yang sehat. Dapat juga menegur secala langsung apabila melihat murid yang jajan sembarangan. Semoga saja kantin yang telah ada disekolah kita sudah memperhatikan kualitas dari jajanan yang sehat, salam pendidikan!! 

0 komentar:

Posting Komentar