PRODUKTIVITAS
TEKNOLOGI
DAN PENGAJARAN
(Restructuring Technology and
Instructional Productivity)
1.1 Pengertian Teknologi Pendidikan
Sebelum
membahas teknologi pendidikan terlebih dahulu perlu diketahui pengertian
teknologi. Kata teknologi seringkali oleh masyarakat diartikan sebagai alat
elektronik. Tapi oleh ilmuwan dan ahli filsafat ilmu pengetahuan diartikan
sebagai pekerjaan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah praktis. Jadi
teknologi lebih mengacu pada usaha untuk memecahkan masalah manusia.
Pengertian
Teknologi Pendidikan diabad ke dua puluh meliputi lentera pertama proyektor
slide, kemudian radio dan kemudian gambar hidup. Sedangkan abad 19 ke bawah
sampai lima belas teknologi lebih diartikan papan tulis dan buku.
Menurut
Sutomo dan Sugito, Teknologi Pendidikan adalah proses yang kompleks yang
terpadu untuk menganalisis dan memecahkan masalah belajar manusia/ pendidikan.
Sedangkan menurut Mackenzie(1976), Teknologi Pendidikan yaitu suatu usaha untuk
mengembangkan alat untuk mencapai atau menemukan solusi permasalahan.
Definisi
AECT 1994 adalah, “Teknologi Pendidikan adalah teori dan praktek dalam desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan
sumber untuk belajar.”
Menurut Santoso , teknologi pendidikan adalah perluasan konsep tentang media, dimana tekhnologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas. Tetapi tersimpan pula sikap, perbuatan, organisasi dan manajement yang berhubungan dengan penerapan ilmu dan tekhnologi dalam pendidikan.
Menurut Kenneth, teknologi pendidikan adalah suatu himpunan dari suatu proses yang terintegrasi, yang mengakibatkan manusia, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah-masalah pendidikan dan membuat cara pemecahannya, mencobakan model-model pemecahan, mengadakan penilaian serta mengelola yang menyangkut semua aspek belajar.
Menurut Santoso , teknologi pendidikan adalah perluasan konsep tentang media, dimana tekhnologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas. Tetapi tersimpan pula sikap, perbuatan, organisasi dan manajement yang berhubungan dengan penerapan ilmu dan tekhnologi dalam pendidikan.
Menurut Kenneth, teknologi pendidikan adalah suatu himpunan dari suatu proses yang terintegrasi, yang mengakibatkan manusia, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah-masalah pendidikan dan membuat cara pemecahannya, mencobakan model-model pemecahan, mengadakan penilaian serta mengelola yang menyangkut semua aspek belajar.
Teknologi
pendidikan merupakan konsep yang kompleks. Ia dapat dikaji dari berbagai segi
dan kepentingan. Kecuali itu teknologi pendidikan sebagai suatu kajian ilmiah,
senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang
mendukung dan mempengaruhinya.
Jadi Teknologi Pendidikan adalah segala usaha untuk memecahkan masalah pendidikan. Lebih detail dapat diuraikan bahwa:
Jadi Teknologi Pendidikan adalah segala usaha untuk memecahkan masalah pendidikan. Lebih detail dapat diuraikan bahwa:
·
Teknologi Pendidikan lebih dari
perangkat keras. Ia terdiri dari desain dan lingkungan yang melibatkan pelajar.
·
Teknologi dapat juga terdiri segala
teknik atau metode yang dapat dipercaya untuk melibatkan pelajaran; strategi
belajar kognitif dan keterampilan berfikir kritis.
·
Belajar teknologi dapat dilingkungan
manapun yang melibatkan siswa belajar secara aktif, konstruktif, autentik dan
kooperatif seta bertujuan.
Untuk itu ada lima teknologi baru yang dapat
menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik.
1. Lima macam Teknologi
- Teknologi yang pertama :
Sistem berpikir
Sistem berpikir menjadikan kita untuk lebih hati-hati
dengan munculnya tiap mode di dunia pendidikan. Hal ini untuk mengantisipasi
terjadinya perubahan yang tidak kita inginkan. Tanpa sistem berpikir kita akan
sulit untuk mengadakan peningkatan riil di bidang pendidikan. Jadi sistem
berpikir menghadirkan konsep sistem yang umum, dimana berbagai hal saling
terkait.
- Teknologi yang kedua:
Desain sistem
Desain sistem adalah teknologi merancang dan membangun
sistem yang baru. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang cepat yang
meningkatkan harapan. Desain sistem memberi kita peralatan untuk menciptakan
suatu system yang baru dan suatu strategi untuk perubahan.
- Teknologi yang ketiga:
Kualitas pengetahuan
Mutu atau kualitas pengetahuan merupakan teknologi
yang memproduksi suatu produk atau jasa/ layanan yang sesuai harapan dan
pelanggan. Ilmu pengetahuan yang berkualitas telah menjadi alat yang sangat
berharga dalam perubahan pendidikan/ sekolah.
- Teknologi yang keempat :
Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan adalah suatu cara untuk memandu
energi kreatif ke arah perubahan positif. Dapat juga diartikan sistem pemikiran
yang berlaku untuk aspek manajemen perubahan tentunya dengan berorientasi pada
POAC (Perencanaan, Organisasi, Aktualisasi dan Kontrol).
- Teknologi yang kelima :
Teknologi pembelajaran
Disini ada dua bagian yaitu peralatan Pelajar
elektronik (Komputer, multimedia, Internet, telekomunikasi), dan pembelajaran
yang didesain, metode dan strateginya diperlukan untuk membuat peralatan
elektronik yang efektif. Pelajaran elektronik ini mengubah cara
mengkomunikasikan belajar. Jadi teknologi pembelajaran adalah sistem pemikiran
yang berlaku untuk instruksi dan belajar. Kelima teknologi tersebut merupakan
suatu keterpaduan untuk menuju perubahan pendidikan sehingga dalam memecahkan
masalah pendidikan perlu kombinasi peralatan/ alat elektronik, orang-orang,
proses, manajemen, intelektual, untuk perubahan yang efektif.
2. Tiga macam teknologi pendidikan
2. Tiga macam teknologi pendidikan
Macam-macam teknologi pendidikan menurut Davies (1972)
ada tiga yaitu:
- Teknologi pendidikan satu
Teknologi pendidikan satu yaitu mengarah pada
perangkat keras seperti proyektor, laboratorium, komputer (CD ROM, LCD, TV,
Video dan alat elektronik lainnya). Teknologi mekanik ini dapat mengotomatiskan
proses belajar mengajar dengan alat yang memancarkan , memperkuat suara,
mendistribusikan, merekam dan mereproduksi stimuli material yang menjangkau
pendengar/ siswa dalam jumlah yang besar. Jadi teknologi satu ini efektif dan
efisien.
- Teknologi pendidikan dua
Teknologi pendidikan dua mengacu pada ”perangkat
lunak” yaitu menekankan pentingnya bantuan kepada pengajaran. Terutama sekali
dalam kurikulum, dalam pengembangan instruksional, metodologi pengajaran, dan
evaluasi. Jadi teknologi dua, menyediakan keperluan bagaimana merancang yang
baru atau memperbarui yang sekarang, bermanfaat pada pengalaman belajar Mesin
dan mekanisme dipandang sebagai instrumen presentasi atau transmisi.
- Teknologi pendidikan tiga
- Teknologi pendidikan tiga
Teknologi pendidikan tiga, yaitu kombinasi pendekatan
dua teknologi yaitu “peragkat keras“ dan perangkat lunak”. Teknologi pendidikan
tiga, orientasi utamanya yaitu ke arah pendekatan sistem, dan sebagai alat
meningkatkan manfaat dari apa yang ada di sekitar. Teknologi pendidikan tiga
dapat dikatakan sebagai pendekatan pemecahan masalah, titik beratnya dalam
orientasi diagnostik yang menarik. Dari ketiga macam tekonologi di atas dapat
dikatakan bahwa teknologi pendidikan dalam konteks sebenarnya adalah tidak
hanya mengacu pada perangkat keras saja seperti yang umum dijadikan sebagai
persepsi yang benar, namum juga meliputi perangkat lunak dan perpaduan keduanya
perangkat keras dan lunak.
2.2 Produktivitas Pendidikan
Produktivitas mengandung makna”keinginan” dan “upaya”
manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan di segala bidang. National
Productivity Board (NPB) merumuskan produktivitas sebagai sikap mental
(Attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan.
Perbaikan tersebut diharapkan menghasilkan barang atau jasa yang bermutu tinggi
dan standar kehidupan yang lebih layak. Hal ini sejalan dengan apa yang
diungkapkan dalam Laporan Produktivitas Nasional, bahwa produktivitas
mengandung pengertian bahwa “mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari
kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini”.
Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses perencanaan, penataan dan pendayagunaan sumber daya untuk merealisasikan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sejauh mana pencapaian produktivitas pendidikan dapat dilihat dari out put pendidikan yang berupa prestasi, serta proses pendidikan yang berupa suasana pendidikan.
Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses perencanaan, penataan dan pendayagunaan sumber daya untuk merealisasikan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sejauh mana pencapaian produktivitas pendidikan dapat dilihat dari out put pendidikan yang berupa prestasi, serta proses pendidikan yang berupa suasana pendidikan.
Prestasi dapat dilihat dari masukan yang merata,
jumlah tamatan yang banyak, mutu tamatan yang tinggi, relevansi yang tinggi dan
dari sisi ekonomi yang berupa penyelenggaraan penghasilan. Sedangkan proses
atau suasana tampak dalam kegairahan belajar, dan semangat kerja yang tinggi
serta kepercayaan dari berbagai pihak.
Satu hal yang perlu disadari adalah bahawa
produktivitas pendidikan harus dimulai dari menata /SDM tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan. Hal kedua adalah bahwa penataan SDM harus dilaksanakan
denagn prinsip efektivitas dan efisiensi karena efektifitas dan efisiensi
adalah kriteria dan ukuran yang mutlak bagi produktivitas pendidikan.
2.3 Upaya Meningkatkan Produktivitas Pendidikan
Menurut Miarso (2009:6), dalam meningkatkan
produktivitas pendidikan, setidaknya ada tiga hal yang dapat dilakukan,
diantaranya dengan jalan:
·
mempercepat tahap belajar
·
membantu guru untuk menggunakan
waktunya secara lebih baik
·
mengurangi beban guru dalam
menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan
mengembangkan kegairahan belajar anak.
Adapun Upaya yang dapat dilakukan untuk Meningkatkan
Produktivitas Pendidikan, diantaranya melakukan penataan SDM dengan semangat
efektivitas dan efisiensi lewat upaya pemberdayaan tenaga pendidik dan
kependidikan. Upaya pemberdayaan tersebut antara lain :
1. memperbaiki sikap kerja, yaitu kesadaran dan
kesediaan menepati dan memenuhi jam kerja, tata tertib kerja, termasuk menerima
tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim.
2. hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan kerja
yang tercermin dalam usaha bersama untuk meningkatkan produktivitas melalui
lingkaran pengawasan mutu (Quality Control Circle).
3. manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang
efesien mengenai sumber dan system kerja untuk mencapai peningkatan
produktivitas.
4. efesiensi tenaga kerja, pembagian tugas dan
penempatan bidang tugas yang pas dengan kemampuannya.
Disamping
itu sangat perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
kerja, yaitu :
1. sikap
mental yang berupa motivasi, disiplin dan etika kerja senantiasa harus
dipantau, dijaga dan ditingkatkan.
2.
pengetahuan yang harus selalu dikembangkan, sehingga memiliki wawasan yang luas
sehingga memiliki pengahayatan akan pentingnya produktivitas. Pengembangan
pengetahuan dapat diupayakan lewat budaya membaca maupun pembinaan-pembinaan.
3.
pengembangan manajemen-manajemen yang mendorong produktivitas adalah penerapan
manajemen partisipasif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi sampai
dengan tindak lnajut hasil evaluasi yang dilakukan bersama-sama sehingga masing-masing
merasa memiliki danbertanggung jawab.
4. menjaga
hubungan industrial dengan cara :
·
menciptakan ketenangan dan
kenyamanan kerja
·
menciptakan hubungan kerja yang
serasi dan dinamis
·
meningkatkan harkat dan martabat
tenaga pendidik dan kependidikan yang bangga terhadap bidang kerjanya
masing-masing lewat semangat saling menghargai dan menghormati
·
lingkungan dan suasana kerja yang
mendukung. Terjaminnya 7-K dan terpenuhinya sarana prasarana yang dibutuhkan
·
pemberian keleluasaan berprestasi
dan berkreasi
·
membangun iklim girang kerja dan
gila kerja sehingga sisanya akan malu tidak bekerja.
·
dan lain-lain, untuk mencapai
produktivitas sekolah secara maksimum, sekolah harus menjamin dipilihnya orang
yang tepat, dengan pekerjaan yang tepat disertai untuk bekerja optimal, antara
lain dengan senantiasa memperhatikan peningkatan kesejahteraan lahiriah dan
batiniah sesuai dengan kemampuan sekolah.
Jadi dapat
dikatakan bahwa antara peningkatan produktivitas pendidikan dengan teknologi
pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Produktivitas
merupakan obyek dan teknologi pendidikan merupakan subyeknya. Dalam menigkatkan
produktivitas pendidikan butuh SDM dan peralatan yang menunjang perubahan
pendidikan, sebaliknya SDM dan alat tidak akan berfungsi tanpa digunakan untuk
sasaran/tujuan yang pasti dan bermanfaat dimasa datang.
2.4 Aplikasi Teknologi Pendidikan
Adapun salah satu contoh aplikasi
teknologi pendidikan dalam meningkatkan produktivitas pendidikan tersebut
diantaranya adalah melalui pembelajaran berbasi internet yang dinamakan,
e-learning. E-Learning menjadi salah satu alternatif pembelajaran karena
keunggulan yang dimilikinya Sayangnya, meskipun disadari e-learning dapat
membantu mempercepat proses pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan,
pemanfaatannya belum populer di sekolah-sekolah bahkan di perguruan tinggi di
Indonesia.
Padahal teknologi informasi dapat
dipergunakan untuk memperluas daya jangkau kesempatan pendidikan ke seluruh
pelosok Tanah Air. Upaya ini bisa dilakukan dengan mengembangkan sistem
delivery sumber-sumber pendidikan Sistem delivery itu dapat dilakukan dengan
menggunakan kemajuan teknologi, termasuk dalam hal ini dengan sistem belajar
jarak jauh, Penggunaan e-Learning tidak bisa dilepaskan dengan peran Internet. Internet
pada dasarnya adalah kumpulan informasi yang tersedia di komputer yang bisa
diakses karena adanya jaringan yang tersedia di komputer tersebut. Oleh karena
itu bisa dimengerti kalau e-Learning bisa dilaksanakan karena jasa Internet
ini. e-Learning sering disebut pula dengan nama on-line course karena
aplikasinya memanfaatkan jasa Internet.
E-Learning menyadari bahwa di
Internet dapat ditemukan berbagai informasi dan informasi itu dapat diakses
secara lebih mudah, kapan saja dan dimana saja, maka pemanfaatan Internet
menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna Internet bisa berkomunikasi
dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah melalui teknik e-moderating
yang tersedia di Internet. Tersedianya fasilitas e-Moderating dimana guru dan
siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas Internet secara
regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan
ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui Internet,
sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari;
Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau
diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
Bila siswa memerlukan tambahan
informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan
akses di Internet secara lebih mudah. Baik guru maupun siswa dapat melakukan
diskusi melalui Internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak,
sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Berubahnya
peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif. Relatif lebih efisien.
Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah
konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di
kapal, di luar negeri, dsb-nya.
Upaya Membangun Budaya Belajar
melalui Pengembangan E-learning
Ada empat komponen penting dalam membangun budaya belajar dengan menggunakan model e-learning di sekolah. Pertama, siswa dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai agar siswa mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Kedua, guru mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, memfasilitasi dalam pembelajaran, memahami belajar dan hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Ketiga tersedianya infrastruktur yang memadai dan yang ke empat administrator yang kreatif serta penyiapan infrastrukur dalam memfasilitasi pembelajaran.
Ada empat komponen penting dalam membangun budaya belajar dengan menggunakan model e-learning di sekolah. Pertama, siswa dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai agar siswa mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Kedua, guru mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, memfasilitasi dalam pembelajaran, memahami belajar dan hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Ketiga tersedianya infrastruktur yang memadai dan yang ke empat administrator yang kreatif serta penyiapan infrastrukur dalam memfasilitasi pembelajaran.
Kunci sukses terealisasinya program
e-learning, yakni adanya perencanaan dan leadership yang terarah dengan
mempertimbangkan efektifitas dalam pembiayaan, integritas sistem teknologi
serta kemampuan guru dalam mengadapsi perubahan model pembelajaran yang baru
yang sudah barang tentu didukung kemampuan mencari bahan pembelajaran melalui
internet serta mempersiapkan budaya belajar.
Ada empat langkah dalam manajemen
pengelolaan program e-learning yakni pertama menentukan strategi yang jelas
tentang target audience, pembelajarannya, lokasi audience, ketersediannya
infrastruktur, budget dan pengembalian investasi yang tidak hanya berupa uang
tunai. Kedua menentukan peralatan misalnya hoste vs installed LMS dan
Commercial or OS-LMS, ketiga adalah adanya hubungan dengan perusahan yang
mengembangkan penelitian berkaitan dengan program e-learning yang dikembangkan
di sekolah. Ke-empat menyiapkan bahan-bahan yang akan dibutuhkan bersifat
spesifik, usulan yang dapat diimplementasikan serta menyiapkan short response time.
Kesemuanya itu, hendaknya perlu dipikirkan masak-masak dalam konteks investasi
jangka panjang. Membudayakan belajar berbasis TIK (Teknologi Informasi daan
Komputer).
Berkembangnya teknologi pembelajaran
berbasis TIK mulai tahun 1995 an, salah satu kendalanya adalah menyiapkan
peserta didik dalam budaya belajar berbasis teknologi informasi serta kurang
trampilnya dalam menggunakan perangkat komputer sebagai sarana belajar, serta
masih terbatasnya ahli dalam teknologi multimedia khususnya terkait dengan model-model
pembelajaran. Untuk mempersiapkan budaya belajar berbasis TIK adalah
keterlibatan orang tua murid dan kultur masyarakat akan teknologi serta
dukungan dari lingkungan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan.
Pembentukan kominitas TIK sangat mendukung untuk membudayakan anak didik dengan
teknologi. Model ini telah dikembangkan di Jepang tepatnya di Shuyukan High
School dengan membentuk club yang dinamai (Information Science Club), yakni
sebagai wadah siswa untuk bersinggungan dengan budaya teknologi.
Kompetensi guru dalam pembelajaran
Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki guru untuk menyelenggarakan model
pembelajaran e-learning. Pertama kemampuan untuk membuat desain instruksional
(instructional design) sesuai dengan kaedah-kaedah paedagogis yang dituangkan
dalam rencana pembelelajaran. Kedua, penguasaan TIK dalam pembelajaran yakni
pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran dalam rangka mendapatkan
materi ajar yang up to date dan berkualitas dan yang ketiga adalah penguasaan
materi pembelajaran (subject metter) sesuai dengan bidang keahlian yang
dimiliki. Langkah-langkah kongkrit yang harus dilalui oleh guru dalam
pengembangan bahan pembelajaran adalah mengidentifikasi bahan pelajaran yang
akan disajikan setiap pertemuan, menyusun kerangka materi pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan instruksional dan pencapainnya sesuai dengan
indikator-indikator yang telah ditetapkan. Bahan tersebut selanjutnya dibuat
tampilan yang menarik mungkin dalam bentuk power point dengan didukung oleh gambar,
video dan bahan animasi lainnya agar siswa lebih tertarik dengan materi yang
akan dipelajari serta diberikan latihan-latihan sesuai dengan kaedah-kaedah
evaluasi pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi kemajuan siswa. Bahan
pengayaan (additional matter) hendaknya diberikan melalui link ke situs-situs
sumber belajar yang ada di internet agar siswa mudah mendapatkannya. Setelah
bahan tersebut selesai maka secara teknis guru tinggal meng-upload ke situs
e-learning yang telah dibuat .
Beberapa hal yang perlu dicermati
dalam menyelenggarakan program e-learning/ digital classroom adalah guru
menggunakan internet dan email untuk berinteraksi dengan siswa untuk mengukur
kemajuan belajar siswa, siswa mampu mengatur waktu belajar, dan pengaturan
efektifitas pemanfaatan internet dalam ruang multi media.
Manfaat yang
bisa dinikmati dari e-learning:
1)
Fleksibilitas. Jika pembelajaran konvensional di kelas mengharuskan siswa untuk
hadir di kelas pada jam-jam tertentu (seringkali jam ini bentrok dengan kegiatan
rutin siswa), maka e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan
tempat untuk mengakses pelajaran.
2)
E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas
kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan untuk
menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam
satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu.. Jika ia mengalami kesulitan
untuk memahami suatu bagian, ia bisa mengulang-ulang lagi sampai ia merasa mampu
memahami. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia pahami,
pembelajar bisa menghubungi instruktur, nara sumber melalui email atau ikut
dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu.
3)
E-learning bisa memberikan manfaat yang optimal jika beberapa kondisi berikut
terpenuhi. Sebelum memutuskan untuk mengikuti e-learning, perlu menentukan
tujuan belajar, sehingga bisa memilih topik, modul, lama belajar, biaya, dan
sarana belajar secara elektronik yang sesuai.
Menurut Allan J. Henderson, e-learning
adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau
biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003).
Adapun kendala-kendala dalam
pelaksanaan e-learning, diantaranya adalah:
1.
Terdapat kesenjangan infrastruktur
antar daerah yang maju dan tertinggal. Di satu sisi terdapat daerah yang telah
memiliki akses internet sementara di daerah lain belum masuk listrik.
2.
Tidak semua orang bisa memanfaatkan
media ini, karena harus untuk menggunakan media ini, kita harus mempunyai kemampuan
untuk mengoperasikan komputer dan mengetahui cara membuka internet.
3.
Media ini menggunakan alat
elektronik, yang bisa dikatakan membutuhkan biaya yang cukup besar dalam
menyiapkan sarana prasarananya. Tentunya, untuk mengatasi hal tersebut baik pemerinyah
maupun pengguna berupaya untuk menyediakan dana untuk memperoleh sarana dan
prasarana tersebut untuk memenfaatkan media ini.
4.
Keterbatasan anggaran yang dimiliki
sekolah dan pemerintah untuk melengkapi infrastruktur teknologi sehingga sangat
sulit bagi sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran berbasis ICT.
5.
Tidak bisa di control (dilakukan
pengawasan) secara langsung. Terutama dalam hal evaluasi pembelajarannya
0 komentar:
Posting Komentar