BAB
I
PENDAHULUAN
Kurikulum dan pelajaran
merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan. Sebagai suatau rencana atau
program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam
bentuk pelajaran, demikian juga sebaiknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan,
maka pembelajaran tidak akan beracuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung
efektif.
Persoalan bagaimana
mengembangkan suatu kurikulum, ternyata bukanlah hal yang mudah, serta tidak
sederhana yang kita bayangkan. Dalam skala mikro kurikulum berfungsi sebagai
salah suatu alat dan pedoman untuk mengantar peserta didik siesuai dengan
harapan dan cita–cita masyarakat. Oleh karena itu, proses mendesain dan
merancang suatu kurikulum mesti memerhatikan sistem nilai (Value System) yang
berlaku beserta perubahan – perubahan yang terjadi di masyarakat itu. Disamping
itu, karena kurikulum juga harus memerhatikan segala aspek yang terjadi pada
peserta didik. Persoalan–persoalan tersebut yang mendorong begitu kompleknya
proses pengembangan kurikulum.
Kurikulum dan
pembelajaran bagaikan dua sisi dari satu mata uang, keduanya sangat penting dan
saling membutuhkan.Apa yang dideskripsikan dalam kurikulum harus memberi
petunjuk dalam pembelajaran di dalam kelas dan apa yang terjadi di dalam kelas
merupakan masukan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penyempurnaan
kurikulum.
Berdasarkan apa yang terjadi
fokus pengajaran, sekurang–kurangnya dikenal dengan tiga model desain pesan
pembelajaran dalam kurikulum, yaitu:
1.
Subject
centred design, suatu desain kurikulum yang berpusat
pada bahan ajar.
2.
Learned
centred design, suatu desain kurikulumn yang
mengutamakan peranan siswa.
3.
Problem
centred design, desain kurikulum yang berpusat pada
masalah – masalah yang dihadapi dalam masyarakat.
2.1 Pengertian Kurikulum dan Istilah-istilah Dalam
Model Desain Pesan Pembelajaran
2.1.1.
Pengertian Kurikulum
Beberapa pengertian kurikulum menurut
beberapa ahli kurikulum. (1) J. Galen Taylor dan William M. Alexander dalam
buku curriculum planning for better teaching and learning (1956). Menjelaskan
arti kurikulum sebagai berikut “segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar,
apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah atau diluar sekolah termasuk
kurikulum. (2). Harold B. Albertycs. Dalam
reorganizing the high school curriculum (1965). Memandang kurikulum sebagai
“all school”. Seperti halnya dengan definisi saylor dan Alexander, kurikulum
tidak terbatas pada mata pelajaran akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan
lain, di dalam dan diluar kelas, yang berada dibawah tanggung jawab sekolah.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggara kegiatan. Kurikulum dapat dilihat dari tiga
dimensi, yaitu: sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai rencana.
2.1.2. Istilah-istilah Dalam Model Desain Pesan Pembelajaran
Berdasarkan Peraturan Pernerintah No.
19/2005 pasal 19, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
diidik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas ,dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikalogis peserta didik.
Istilah - Istilah yang terdapat dalam model
desain pesain pembelajaran terkadang dapat memberikan pemahaman yang tumpang
tindih satu sama lain, diuraikan singkat pengertian istilah-istilah tersebut adalah
:
a. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatau proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Dilihat dari
pendekatannya,pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu :1. Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau berpusat pada guru(teacher centered
approach).
b. Strategi Pembelajaran
Sementara
itu, Kemp (Wina Senjay4 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sehingga bisa dikatakan
bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya bahwa
srategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan
yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Ditihat dari strateginya
pembelajaran dapat dikelompokan ke dalam dua bagan pula yaitu: (l) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntee dalam
Wina Senjay4 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara stategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual
dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran
tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something" (WinaSenjaya:2008)
c.
Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan stategi pembelajaraa diantaranya: (l)
ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (a) simulasi; (5) laboratoritrm; (6)
pengalaman lapangan; (7) brainsCIrming; (8) debat (9) simposium; dan
sebagainya. Sehingga bisa dikafakan bahwa metode adatah "a way in achieving some thing”(Wina
Senjaya: 2008).
d.
Teknik Pembelajaran
Teknik
pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Dalam gaya pembelajaran akan
tampak keunikan antara kreatifitas dari masing-masing guru sesuai dengan
kemampuan pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
e.
Model Pembelajaran
Model
pembelajran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran, Berkenaan dengan model pembelajan Bruce Joyce
dan Marsha Weil (Dedi supriawan dan A. Benyamin surasega' 1990) mengetengahkan
empat kelompok model pembelajaran, yaitu:(1) Model interaksi sosial (2) model
pengolahan infotmasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah
laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran, Untuk lebih jelasnya posisi hierarkis
dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut
:
Di luar
istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain
pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan
prosedur umun aktivitas pembelajran, sedangkan desain pembelajaran lebih
menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu
setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.
Jika
dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai
kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah
gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan
pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru
(blue prin) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan
urutan-urutan langkah konstuksinya maupun kriteria penyelesaiannya mulai dari
tahap awal sampai dengan tatrap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan
dibangun.
Suatu desain
merupakan rencana untuk menerapkan alat, teknik, prosedur, dan unsur – unsur
yang berhubungan dengan tujuan. Karakteristik desain:
1. Berfokus pada tujuan.
2. Desain memperkuat keyakinan akan berhasil.
3. Desain lebih menguntungkan baik ditinjau
dari segi waktu, tenaga dan usaha.
4. Desain memperlancar komunikasi dan
koordinasi
5. Desain mengurangi ketegangan
Berdasarkan
uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan fugasinya secara profesional,
seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterarrpilan yang memadai
dalam mengembangkan berbagai model desain pesan pembelajaran yang efektik dan
kreatif dan menyenangkan sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Nana syaoqih (2001) mengemukakan bahwa berdasarkan pada apa
yang menjadi fokus pengajaran sekurangnya ada tiga pola desain kurikulum.
2.2
Model-model
Desain Pesan Pembelajaran
2.2.1 Subject
Centred Design.
Subject
centered design curriculum merupakan bentuk desain yang paling popular, paling
tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered design, kurikulum di
pusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas
sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara
terpisah-pisah.
Kelebihannya,
mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan. Tidak hanya itu para
pengajar tidak perlu dipersiapkan khusus, yang penting dipandang menguasai ilmu
dan bahan yang akan diajarkan, sedangkan kelemahannya adalah karena ilmu
pengetahuan diberikan terpisah-pisah, hal ini bertentangan dengan kenyataan
bahwa pengetahuan itu merupakan suatu kesatuan, tidak hanya itu, peran peserta
didik sangat pasif dan pengajaran lebih menekankan pada pengetahuan dan kehidupan
masa lalu (pengajaran lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis).
Cabang - cabang dari Subject Centred Design adalah:
a)
The subject Design.
Bentuk ini
merupakan bentuk yang paling murni dari subject centered design. Kelebihannya:
penyusunannya mudah, sudah dikenal lama sehingga mudah untuk dilaksanakan,
memudahkan peserta didik melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi (PT
menggunakan bentuk ini), efisien karena metode utama adalah ekspositori, sangat
ampuh untuk alat melestarikan warisan budaya masa lalu.
Kelemahannya
: kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah satu sama lainnya, isi
kurikulum diambil dari masa lalu (out
date), isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sehingga
menimbulkan kesukaran dalam mempelajari dan menggunakannya, kurang
memperhatikan cara penyampaian dan minat kebututuhan/pengalaman peserta didik.
b)
The diciplines design.
Desain ini
merupakan batang tubuh keilmuwan menentukan apakah sebuah bahan pelajaran itu disebut
disiplin ilmu atau tidak. Pada subject design belum ada criteria yang
tegas tentang apa yang disebut subject (ilmu). Pada disciplines
design kriteria tersebut telah tegas, yang membedakan apakah suatu
pengetahuan itu ilmu atau subject dan bukan batang tubuh keilmuannya.
Untuk menegaskan hal itu mereka menggunakan istilah discipline. Dalam
pola ini, peserta didik didorong untuk memahami logika atau struktur dasar
suatu disiplin, memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting,
juga didorong utuk memahami cara mencari dan menemukan sesuatu sehingga dalam
proses belajar lebih sering menggunakan pendekatan inkuiri dan discovery.
Kelebihannya
dapat memelihara integritas intelektual pengetahuan manusia, peserta didik
menguasai konsep, hubungan dan proses-proses intelektual.
Kelemahannya:
belum dapat memberikan pengetahuan yang terintegrasi, belum mampu mengintegrasikan
sekolah dengan dan lingkungan, belum bertolak pada minat, kebutaharu atau
pengalaman peserta didik, susunan kurikulum belum efisien untuk KBM maupun penggunanya
tetapi secara akademisdan intelektual masih cukup sempit.
c)
The Broad Fields Design
Desain ini menyatukan
beberapa pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi.
Biasanya bayak digunakan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Tujuan
pengembangan kurikulum broad fields adalah menyiapkan para peserta
didik yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang spesifiktis, dengan
pemahaman yang bersifat menyeluruh.
Kelebihannya:
karena dasarnya bahan terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan,
beberapa pelajaran masih memungkinkan penyusunan warisan-warisan budaya secara
sistematis dan teratur. Tidak hanya itu, desain ini memungkinkan peserta didik
melihat hubungan-hubungan berbagai hal.
Kelemahannya
: sulit bagi guru untuk menguasai bidang yang luas, tidak dapat diberikan
secara mendetail (hanya permukaannya saja), pengintegrasian bahan alat terbatas
sekali (tidak menggambarkan kenyataan tidak memberikan pengalaman yang
sesungguhnya pada siswa sehingga kurang membangkitkan minat belajar), tetap kurang
menekankan pencapaian tujuan yang bersifat afekif dan kognitif tingkat tinggi.
2.2.2
Learned centred Design.
Learned centred Design memberikan tempat utama kepada peserta
didik
(penekanan pada perkembangan peserta didik). Pengorganisasian
kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan, dan tujuan peserta didik. Disini
guru berperan menciptakan situasi belajar-mengajar, mendorong, dan memberikan bimbingan sesuai
kebutuhan peserta didik. Artinya LCD sebagai reaksi dan penyempurnaan terhadap
kelemahan SCD, menempatkan siswa pada kedudukan utama. LCD bersumber dari pemikiran
Rousseau tentang pendidikan alam.
Kelebihannya,
motivasi belajar bersifat intrinsik, pengajaran memperhatikan perbedaan individual,
dan kegiatan pemecahan masalah merupakan bekal untuk menghadapi kehidupan di
luar sekolah.
Kelemahannya
penekanan pada minat belum tentu cocok untuk menghadapi kenyataan riil, dasar
penyusunan struktur kurikulun tidak jelas karena kurikulum hanya menekankan
minat siswa, lemah dalam kontinuitas dan sekuen bahan, tidak bisadiimplementasikm
oleh guru biasa (guru khusus).
Sehingga
bisa ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua ciri utama yang membedakannya dengan
subject centered :
a.
Mengembangkan kurikulum bertolak dari peserta didik bukan dari isi.
b.
Bersifat non-preplanned, dikembangkan bersama antara guru dan siswa
dalam menyelesaikan tugas-tugas pendidikan.
Ada beberapa
variasi dalam model ini yaitu The activity or experience design, Humanistic
design, dan The open free design.
a). The activity or experience design
Berikut
beberapa ciri utama The activity or experience design. Pertama,
struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Kedua,
karena struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik,
maka kurikulum tidak dapat disusun menjadi sebelumnya, tetapi disusun dosen
sebelumnya dengan para peserta didik. Ketiga, desain kurikulum tersebut
menekankan prosedur pemecahan masalah.
b) Humanistic design
Model
kurikulum ini menekankan pada pengembangan kepribadian peserta didik secara
utuh dan seimbang antara perkembangan segi intelektual, afektif, dan
psikomotor. Kurikulum ini menekankan pengembangan dan kemampuan dengan
memperhatikan minat dan kebutuhan peseta didik dn pembelajarannya ber pusat
pada peserta didik. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat
perhatian utama dalam model kurikulum ini. Model kurikulum ini berkembang dan
digunakan dalam pendidikan pribadi.
Model
kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik,
didasari oleh konsep-konsep pendidikan pribadi (personalized Education) yaitu
John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseou (romantic education),
konsep ini lebih memberikan tempat utama kepada peserta didik. Mereka percaya
bahwa peserta didik mempunyai potensi-potensi, punya kemampuan dan kekuatan
untuk berkembang sendiri. Para pendidik Humanis juga berpegang kepada konsep
Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh.
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif,
rileks, dan akrab.
2.2.3
Problem Centred Design.
Problem centred
design pada filsafat yang mengutamakan peranan
manusia. Berangkat dari asumsi bahwa manusia hidup bersama menghadapi masalah bersama
dan harus dipecahkan bersama juga. Isi kurikulum berupa masalah sosial yang dihadapi
peserta didik sekarang dan yang akan datang. Sekuen disusun berdasarkanminat,
kebutuhan, dan pengalaman perserta didik. Terdapat 2 macam Problem centred design yaitu:
a) The Areas of Living Design, mengintegrasikan
antara subjek dengan problema kehidupan manusia dan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah.
b) The core design, mengintegrasikan beberapa
mata pelajaran sebagai inti, desain ini ditunjukkan untuk pengembangan pribadi.
Mencermati
upaya reformasi pembelajaran guru banyak ditawari dengan aneka pilihan model
pembelajaran, hal yang perlu dipamahi adalah penguasaan konsep atau teori dasar
pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran
sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif
mencobakan dan mengembangkan model desain pembelajaran.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggara kegiatan
Desain kurikulum yang dijabarkan dalam makalah ini adalah:
• Subject Centered Curriculum (Berpusat pada Bahan Ajar)
• Subject Centered Curriculum (Berpusat pada Bahan Ajar)
• Learner Centered
Design (Berpusat pada Peranan Siswa)
• Problems Centered Design (Berpusat pada
Masalah yang Dihadapi Masyarakat)
3.2
Saran
Dengan memahami model-model desain pesan pembelajaran, diharapkan dapat
memberikan informasi yang berguna baik dalam proses pembelajaran dan
pengembangan kurikulum kedepannya, karena kurukulum dalam prakteknya tidak
mengenal titik akhir, berubah sesuai perkembangan zaman, dan bertumpu pada
unsur-unsur kurikulum di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Helni, Lutfi. Desain Kurihium. (http//sebar-kurikulum/blog. html undu tanggal 21
Oktober 2009).
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
Remaja Rosdakarya: Bandung: 1997
0 komentar:
Posting Komentar